Dunia Sekitar

pernahkah kau berpikir
hidupmu tidak adil

karena engkau merasa
kecewa karna hal yang kecil
kau anggap besar
seakan hidup ini berakhir

tidak kah kau merasa
harusnya kau berpikir
masalahmu yang kecil
tidak sebanding dengan apa yang dirasakan
banyak manusia diluar sana


-Dunia Sekitar, Maliq & D'essential-

Keluhan, rasa kecewa, merasa tidak adil. Semua orang pasti pernah merasakannya tanpa terkecuali. Termasuk aku. Ketika berusaha sekuat tenaga, mencurahkan pikiran dan mengorbankan waktu, hasil yang didapat tidak sebanding dengan perjuangan. Kemudian melihat orang-orang yang perjuangannya tidak sekeras kita hingga bersakit-sakit, mendapatkan apa yang mereka inginkan, atau yang sebenarnya kita inginkan didapatkan oleh orang-orang tersebut dengan mudahnya. Ketika itu terjadi, kita merasa tidak adil bukan? Ya, pasti. 

Baru-baru ini aku merasakan hal tersebut. Aku tidak akan menceritakan secara detail, namun hal ini berkaitan dengan pekerjaan. Di saat merasa memiliki kompetensi dan merasa mampu menjawab tantangan yang diberikan, penolakanlah yang aku dapatkan. Kalau istilah sekarang, aku korban PHP. Pastinya aku kecewa. Permasalahannya, aku tidak dipanggil kembali untuk diwawancara. Hanya surat penolakan yang dikirimkan lewat pos ke rumahku. Jika aku dipanggil untuk diwawancara lalu karena suatu alasan aku ditolak, aku tidak akan mempermasalahkannya. 

Lalu apa yang aku lakukan? Hal yang pertama adalah menceritakan semua kekecewaan dan kekesalan kepada orang yang aku percaya. Ada dua hal yang aku dapatkan, realita dan semangat untuk bangkit kembali. Dua hal itulah yang ternyata aku butuhkan. Kemudian, aku menyadari di balik realita itu aku menarik suatu benang merah bahwa saat sekarang ini dalam mencari pekerjaan tidak hanya dibutuhkan keahlian di bidang masing-masing, namun teknik negosiasi dan kedekatan itu penting, karena apa? karena kedekatan menimbulkan kemudahan. 

Hal yang kedua adalah aku mulai bangkit. Ketika mendengar bait demi bait lirik lagu Maliq & D'essential-Dunia Sekitar, aku kemudian menyadari bahwa masih banyak orang yang di luar sana yang ternyata tak seberuntung diriku. Banyak hal dan banyak yang harus dikorbankan untuk mendapatkan yang diinginkan. Tersadar aku tak bersyukur saat itu. Aku mulai optimis dengan mengatakan "Melalui penolakan ini, aku akan mendapatkan hal yang lebih besar lagi." Tak ada salahnya terus-menerus menciptakan mindset positif untuk diri kita dan masa depan. Mengawali pagi dan sebelum istirahat di malam hari, aku selalu menyempatkan diri bercerita tentang apa yang aku ingin dan akan aku lakukan esok dan di masa depan kepada Tuhan, sambil aku membayangkan diriku nanti berada dimana dan sedang melakukan apa. Aku tergolong pandai berkhayal, hingga aku dewasa seperti saat ini, aku bisa memanajemeni khayalanku agar tidak liar (tapi berimajinasi secara liar kadang diperlukan hehe). 

Hal yang ketiga adalah menyadari bahwa jalan setiap orang berbeda-beda. Aku sempat khawatir ketika melihat teman-teman seumuran dan seangkatanku telah mendahului aku dalam mendapatkan pekerjaan. Memiliki penghasilan sendiri dan bisa memberikan sedikit kepada orang tua. Aku sempat merasa sangat telat, dalam artian ketika jamannya orang sudah bekerja, aku masih dengan hari-hariku membaca diktat kuliah, menyusun tesis atau mengikuti kursus singkat di luar kota. Merasa malu, karena masih diberikan uang jajan setiap bulan oleh orang tua. Walaupun saat ini posisiku meneruskan bisnis orang tua, dan aku berada di jajaran middle management, namun hasrat untuk bekerja di instansi terkait dengan backgroundku masih menggebu-gebu. Lalu, setelah berbincang dengan orang-orang yang aku percaya untuk aku minta sarannya, aku mendapatkan suatu kesimpulan, bahwa apa yang aku lakukan saat ini adalah suatu bentuk investasi masa depan, investasi tak berwujud lebih tepatnya. Aku sangat bersyukur diberikan fasilitas serta kemudahan seperti ini oleh orang tuaku. Lagi-lagi belum tentu orang-orang di luar seberuntung diriku. Memang jalan yang aku tempuh harus seperti ini, berkelok dan berjurang pun akan aku hadapi dan tetap berjalan, karena setiap orang tidak bisa disamakan untuk mencapai kesuksesan dan masa depan. Walaupun berangkat dari sekolah yang sama dengan bidang ilmu yang sama, namun ketika dilepas di dunia kerja setiap orang akan menentukan jalannya sendiri, kemana arah pertama yang akan ditempuh. 

Setiap orang memang pernah kecewa, merasa tidak adil, dan mengeluh di dalam hidupnya. Namun, tidakkah kita menyadari bahwa kita tidak akan mendapatkan sesuatu yang kita inginkan jika menjadikan keluhan suatu kebiasaan. Ya, bagiku keluhan adalah kebiasaan dan kebiasaan bisa diubah. Awalnya pasti terasa sulit, tapi ketika kita bisa membuka diri dengan menerima saran, kritik yang pedas sekalipun, dan ditunjukkan realita yang relevan dengan permasalahkan kita, hal tersebut bisa diatasi. Akupun pernah berada di posisi terbiasa mengeluh, namun dalam perjalanku aku bertemu dengan banyak orang dengan berbagai karakteristik, terlibat suatu percakapan dengan mereka, lalu mendapatkan banyak hal yang bisa mengubah kebiasaan mengeluhku ini. Kesimpulan yang aku dapatkan kemudian, ketika kita mengeluh, hal yang mendominasi keluhan kita kebanyakan karena merasa diperlakukan tidak adil, tapi ternyata hal tersebut kebanyakan muncul dari pikiran-pikiran kita sendiri. 


Jadi mulai sekarang
Cobalah tetap senang
Saat cobaan datang
Karena itu akan selalu
datang dan hilang
seperti hari siang dan malam

-Maliq & D'essential-

Benar, kita harus tetap senang, tetap bahagia, dan tetap tersenyum menyikapi permasalahan yang kita hadapi nanti. Jika kita mengeluh, masalah tak akan selesai. Jangan lupa, ketika kita mulai mengalami kesulitan, tengok keluar, berjalanlah dan lihat apa yang terjadi di luar. Mungkin ini bisa menjadi tips, ketika aku merasa sedang menanggung beban yang berat, aku coba menelusuri jalan-jalan yang aku tahu dengan kendaraan sambil melihat apa yang ada dan mungkin terjadi. Cara ini lumayan ampuh untukku dalam mengurangi keluarnya keluhan dan rasa kecewa. Kita boleh mengeluh, kecewa dan sebagainya, tapi jangan biarkan kita terlena dengan semua rasa itu, sekarang tinggal bagaimana cara kita untuk menemukan solusinya. The answer is always come from us. 



0 comments:

Post a Comment

 

I own who I am

I own who I am
An extraordinary human being. Love to capture moment and mind. I leave a trail beyond these writings for give little contribution to world until the time I back home.

Seek, Capture & Share