Kartini, Tidak untuk Dilucukan

Bagi yang mengikuti Stand Up Comedy session 4, episode Kamis, 17 April 2014 pasti tahu comic yang satu ini. Dodit Mulyanto, dengan ciri khas wajah datar dan biola di tangannya. Namun, dalam rangka memperingati Hari Kartini, saya tidak membahas Dodit Mulyanto dalam tulisan saya ini. Saya akan membahas kegusaran Dodit dalam materi stand up-nya. Tema yang ia bawakan minggu lalu adalah Perempuan. Dalam bit-nya, Dodit melontarkan punch-line nya seperti ini:

"Ada yang lucu dari lagu Kartini...." (lalu Dodit memainkan lagu Ibu Kita Kartini dengan biolanya)

Penonton kemudian terdiam.

"Nunggu lucunya?"

Sontak semua penonton tertawa terbahak bahak. 

Kemudian Dodit berkata kembali, "Lagu pahlawan tidak pantas untuk dilucukan."

Bagi yang penasaran dengan Stand Up Dodit Mulyanto, klik link di bawah ini:
Ohya, sebelumnya Selamat Hari Kartini bagi kita para wanita yang luar biasa, calon-calon Ibu bagi generasi cemerlang.

Euforia perayaan Hari Kartini tidak hanya dirasakan oleh anak-anak SD atau TK. Bagi kita yang telah beranjak dewasa ini merayakan Hari Kartini dengan cara yang berbeda. Tidak lagi dengan karnaval atau ajang fashion show pakaian ala Kartini. Perayaan yang lebih sederhana, bahkan nyaris tidak bisa juga dikatakan sebuah perayaan. Yah, mungkin ada juga yang memaknai dengan 'sekadar lewat' saja. Beberapa orang di jalan yang saya lihat membawa rangkaian atau setangkai bunga. Sebuah penghargaan bagi seorang wanita, diibaratkan dengan bunga yang indah dan berwarna-warni.

Ketika saya mengamati sosial media yang saya miliki, Path sebagai contohnya. Ada banyak hal yang saya dapatkan terkait dengan perayaan Hari Kartini ini. Misalnya, beberapa teman wanita mem-posting dirinya sedang berpakaian kebaya dan sanggul sederhana untuk memperingati Hari Kartini di kantornya. Kemudian ada yang menulis quotes tentang Kartini dan perjuangannya, serta beberapa potongan kata-kata dari surat Kartini kepada teman-temannya di Eropa, yang dikumpulkan oleh J.H Abendanon, seorang Menteri Kebudayaan di masa Hindia Belanda. Lalu, ada juga yang mem-posting foto-foto R.A. Kartini yang diedit sedemikian rupa menggunakan kecanggihan Adobe Photoshop. Ini membuat saya resah dan gelisah. Seketika muncul pertanyaan di benak saya, mengingat stand up yang dilakukan Dodit minggu lalu. "Apakah pantas foto Kartini diedit sedemikian rupa?"



Secara pribadi saya sebenarnya tidak setuju dengan jokes seperti ini. Ya, benar seperti yang dikatakan oleh Dodit, 'tidak pantas.' R.A Kartini adalah wanita panutan bagi wanita di seluruh Indonesia. Jika Kartini tidak memperjuangkan hak-hak wanita, yang kita kenal dengan emansipasi, kita mungkin tidak seperti ini. Bersekolah setinggi-tingginya, menempati posisi strategis di sebuah perusahaan, menjadi penggagas perubahan, dengan tetap menjujung nilai budaya dan kewajiban yang dimiliki oleh wanita sebagaimana mestinya. Tak pantaslah foto Kartini dibuat lucu-lucuan seperti ini. 




0 comments:

Post a Comment

 

I own who I am

I own who I am
An extraordinary human being. Love to capture moment and mind. I leave a trail beyond these writings for give little contribution to world until the time I back home.

Seek, Capture & Share