Sore ini, Ibu tiba-tiba menelpon. Kata beliau, pengumuman Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP) sudah keluar. Aku bahkan hampir lupa aku pernah ikut ujian tersebut. Lalu aku cek ke laman websitenya, dan ternyata aku tidak lulus. Memang, aku akui aku kurang persiapan dalam menghadapi ujian tersebut, tapi memang tidak menargetkan juga untuk lulus, hanya untuk tahu jenis soal yang dikeluarkan seperti apa. Hitung-hitung sekalian mengingat apa yang aku dapatkan ketika mengikuti brevet. Berarti aku belum begitu paham dengan pajak ini, jika aku boleh menarik kesimpulan tentang diriku. Sehingga, aku tidak boleh berkecil hati, bahwa kesempatan untuk mengulang akan selalu ada, dan begitu pula peluang untuk lulus. Pasti ada untuk aku. Ini adalah sebuah pukulan bagiku, bahwa apapun sekarang yang aku pelajari, harus aku pelajari dengan baik. Semuanya untuk masa depanku kelak, untuk menghidupi aku dan keluargaku. Aku tak akan menyalahkan keadaan dan mencari-cari sebab tidak lulus karena kondisiku saat itu yang sedang sakit. Itu karena aku kurang niat dan kurang belajar, atau bisa dikatakan tidak serius menghadapi ujian itu.
Adik laki-lakiku pernah berkata, untuk ukuran anak seumur dia perkataan ini adalah luar biasa karena percaya atau tidak dia bisa berkomunikasi dengan apa saja yang ada di luar nalar manusia, misalnya Beliau yang selalu menjaga keseimbangan di bumi kita ini. Kemudian Beliau berkata melalui adik laki-lakiku, bahwa "Ujian yang sebenarnya adalah ujian di dalam hidup ini." Gagal ujian USKP A kali ini tidak mematahkan semangatku. Aku bukan mencari pembenaran dari kata-kata tadi, namun aku sadari memang itulah yang paling benar. Aku gagal ujian USKP A, kemudian aku tinggal mendaftar kembali untuk mengikuti ujian ulang pada saat itu juga. Tapi bagaimana dengan ujian hidup? Ketika aku gagal menghadapi ujian ini? tidak mungkin kan aku bisa lulus pada hidupku saat ini? Aku mungkin harus melalui proses reinkarnasi atau terlahir kembali (jika kau percaya ini) untuk memperbaiki kegagalanku pada kehidupan sebelumnya.
Ada banyak hal yang harus aku perbaiki. Harus lebih fokus dan diniati dalam menjalankan proses ini, yang bila diistilahkan dalam agama Hindu disebut dengan Brahmacari atau masa menuntut ilmu. Tampaknya aku dalam proses ini mengurangi kegiatan keduniawian untuk lebih mantap dalam menjalaninya. Sebuah kata-kata klise namun memiliki makna yang luar biasa: "Lebih baik kehilangan masa muda" Ya, lebih baik kehilangan masa muda untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah. Kita terlahir sendiri ke dunia, namun di dunia kita tidak akan sendiri dalam menghadapi problematika yang ada, selalu ada jalan hingga ketika pada saatnya kita kembali lagi ke rumah Tuhan dengan sendiri dan mempertanggungkan perbuatan kita di dunia. Aku, kamu, kita pasti bisa menghadapi segala rintangan karena hal tersebutlah yang akan membuat kita menjadi kuat.
0 comments:
Post a Comment