“I am not a teacher, but an awakener.”
-Robert Frost-
Saya setuju dengan kata-kata Robert Frost di atas, beliau seorang pendidik dan mentor berkebangsaan Amerika. Pemikiran tentang menjadi seorang guru atau dosen tidak hanya mengajar tetapi mendidik itu benar adanya. Ada perbedaan yang jelas antara mengajar dan mendidik. Bagi saya, mengajar adalah memberikan pemaparan materi bahan ajar sesuai dengan silabus serta mengaitkan teori-teori dan praktik yang ada di lapangan. Sedangkan mendidik bagi saya adalah membentuk individu-individu yang tangguh, yang mampu memahami potensi dirinya agar mampu berkarya di masyarakat dan dunia dengan ilmu yang ia dapatkan di sekolah dan bangku perkuliahan. Definisi dua kata itu muncul dari pemahaman saya terhadap tugas yang saat ini sedang saya lakukan.
Saya senang mendapatkan pengalaman baru, yaitu menjadi tenaga pengajar di sebuah universitas swasta di Bali. Apabila dilihat dari track record universitas-universitas di Bali, saat ini universitas negeri masih unggul daripada swasta. Kemudian timbul pertanyaan dari orang-orang terdekat "kenapa gak ngajar di negeri aja?" Yah saya hanya tersenyum membalas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui, jika ingin mengajar di universitas negeri, calon dosen harus melalui berbagai tahapan di dalam seleksi CPNS.
Mengajar di universitas swasta membuat saya memiliki pengalaman yang baru. Ini merupakan pengalaman pertama bagi saya untuk berbicara di depan kelas, memaparkan materi perkuliahan secara keseluruhan dan sendirian, jika dulu sewaktu kuliah kerap membagi tugas untuk presentasi di kelas. Awalnya pasti merasa sangat gugup, namun ketika berbicara pertama kali, saya merasa lebih tenang dan senang bertemu wajah-wajah baru yang akan menghiasi hari-hari saya selama satu semester. Tantangan pasti ada. Saya sering bergerumul dengan batin saya mengenai apa yang pernah saya rasakan dan apa yang saya lihat sekarang. Background saya adalah mengenyam pendidikan tinggi di dua universitas negeri, yang notabene segala fasilitas saya dapatkan, apa yang saya inginkan tersedia. Ketika menjadi pengajar di universitas swasta, saya terus terang di dalam hati sering melontarkan pertanyaan "kok gini?" Ya, perdebatan batin pastilah sering terjadi, tidak hanya saya saja yang mengalami, rekan-rekan pengajar yang lain juga pernah mengalami hal tersebut. Tetapi saya beruntung memiliki ayah yang juga seorang pengajar di swasta. Beliaulah yang membangkitkan semangat saya. Dari beliau juga saya jadi belajar untuk tidak egois. Beliau yang selalu mengingatkan saya untuk membuat suatu perubahan sekalipun dari hal kecil. Beliau juga memberikan saya berbagai masukan-masukan positif yang pada intinya, seorang dosen tidak hanya sebagai pengajar tetapi bisa menjadi motivator bagi mahasiswanya. Dan itulah yang sedang dan akan terus saya lakukan untuk mahasiswa-mahasiswa saya.
Saya kerap melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiswa saya. Sebagian besar antusias dalam memberi jawaban sekalipun masih malu-malu. Terkadang, jika kelas mulai senyap ketika saya melontarkan pertanyaan, saya menggunakan cara ampuh agar mereka mau menjawabnya. Setiap kelas yang saya ajar, saya berusaha untuk menyelipkan motivasi-motivasi bagi mereka. Saya ingin mereka berada di swasta agar menjadi lebih baik dan tidak mendengarkan apa kata-kata negatif di luar sana menyangkut universitas swasta yang di Bali, masih kerap dipandang sebelah mata. Jika saya mengamati beberapa minggu ini, mahasiswa-mahasiswa kelas saya memiliki keinginan tinggi untuk lebih baik dan lebih maju, minimal ketika mereka bekerja, kemampuan mereka tidak diragukan dan saya selalu memberikan motivasi kepada mereka agar percaya diri.
Apabila ada informasi mengenai isu-isu terbaru di bidang yang saya ajarkan, saya akan selalu berusaha untuk menyampaikan kepada mereka. Sebagai 'awakener' saya ingin mereka suatu saat nanti melek informasi, terutama terhadap hal-hal yang terkait dengan pekerjaan mereka nanti. Saya selalu menyampaikan kepada mereka lewat kata-kata positif bahwa saya yakin suatu hari nanti mereka akan menjadi seorang profesional, seorang yang hebat dan bisa berpengaruh bagi masyarakat. Saya ingin suatu hari nanti, tidak ada lagi kata-kata bahwa negeri itu lebih unggul dari swasta, atau swasta yang dipandang sebelah mata. Mahasiswa-mahasiswa saya punya potensi, mahasiswa-mahasiswa saya adalah calon orang-orang hebat. Saya akan terus berusaha membangkitkan semangat mereka.
Mengajar di universitas swasta membuat saya memiliki pengalaman yang baru. Ini merupakan pengalaman pertama bagi saya untuk berbicara di depan kelas, memaparkan materi perkuliahan secara keseluruhan dan sendirian, jika dulu sewaktu kuliah kerap membagi tugas untuk presentasi di kelas. Awalnya pasti merasa sangat gugup, namun ketika berbicara pertama kali, saya merasa lebih tenang dan senang bertemu wajah-wajah baru yang akan menghiasi hari-hari saya selama satu semester. Tantangan pasti ada. Saya sering bergerumul dengan batin saya mengenai apa yang pernah saya rasakan dan apa yang saya lihat sekarang. Background saya adalah mengenyam pendidikan tinggi di dua universitas negeri, yang notabene segala fasilitas saya dapatkan, apa yang saya inginkan tersedia. Ketika menjadi pengajar di universitas swasta, saya terus terang di dalam hati sering melontarkan pertanyaan "kok gini?" Ya, perdebatan batin pastilah sering terjadi, tidak hanya saya saja yang mengalami, rekan-rekan pengajar yang lain juga pernah mengalami hal tersebut. Tetapi saya beruntung memiliki ayah yang juga seorang pengajar di swasta. Beliaulah yang membangkitkan semangat saya. Dari beliau juga saya jadi belajar untuk tidak egois. Beliau yang selalu mengingatkan saya untuk membuat suatu perubahan sekalipun dari hal kecil. Beliau juga memberikan saya berbagai masukan-masukan positif yang pada intinya, seorang dosen tidak hanya sebagai pengajar tetapi bisa menjadi motivator bagi mahasiswanya. Dan itulah yang sedang dan akan terus saya lakukan untuk mahasiswa-mahasiswa saya.
Saya kerap melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiswa saya. Sebagian besar antusias dalam memberi jawaban sekalipun masih malu-malu. Terkadang, jika kelas mulai senyap ketika saya melontarkan pertanyaan, saya menggunakan cara ampuh agar mereka mau menjawabnya. Setiap kelas yang saya ajar, saya berusaha untuk menyelipkan motivasi-motivasi bagi mereka. Saya ingin mereka berada di swasta agar menjadi lebih baik dan tidak mendengarkan apa kata-kata negatif di luar sana menyangkut universitas swasta yang di Bali, masih kerap dipandang sebelah mata. Jika saya mengamati beberapa minggu ini, mahasiswa-mahasiswa kelas saya memiliki keinginan tinggi untuk lebih baik dan lebih maju, minimal ketika mereka bekerja, kemampuan mereka tidak diragukan dan saya selalu memberikan motivasi kepada mereka agar percaya diri.
Apabila ada informasi mengenai isu-isu terbaru di bidang yang saya ajarkan, saya akan selalu berusaha untuk menyampaikan kepada mereka. Sebagai 'awakener' saya ingin mereka suatu saat nanti melek informasi, terutama terhadap hal-hal yang terkait dengan pekerjaan mereka nanti. Saya selalu menyampaikan kepada mereka lewat kata-kata positif bahwa saya yakin suatu hari nanti mereka akan menjadi seorang profesional, seorang yang hebat dan bisa berpengaruh bagi masyarakat. Saya ingin suatu hari nanti, tidak ada lagi kata-kata bahwa negeri itu lebih unggul dari swasta, atau swasta yang dipandang sebelah mata. Mahasiswa-mahasiswa saya punya potensi, mahasiswa-mahasiswa saya adalah calon orang-orang hebat. Saya akan terus berusaha membangkitkan semangat mereka.
0 comments:
Post a Comment