Jakartarian, only for a while



Jakarta itu....
Ya seperti gambar di atas. 
Macet.
Panas.
Sumpek.
Bikin penasaran.

Kalau kata Melky Goeslaw, "Siapa suruh datang Jakarta." Siapa suruh datang ke Jakarta kalau sudah tahu Jakarta seperti kata-kata di atas. Yah, dari kebanyakan orang yang aku temui, rata-rata pada mengatakan bahwa "Jakarta itu enaknya buat kerja, bukan buat hidup." Aku akui, upah yang diberikan di Jakarta ini (apalagi untuk lulusan s2 seperti aku) sangat menggiurkan. Jadi, siapa yang tidak tergoda datang ke kota Metropolitan ini? 

Ya, aku sempat tergoda. Pernah terbersit rencana untuk melanjutkan S2 disini, tapi belum dapat kesempatan. Kemudian setelah kuliah s2 di Malang, ada niat untuk bekerja setelah lulus kuliah di kota Jakarta ini. Niat sih boleh, tapi ijin yang susah didapat. Tapi akhirnya jadi juga ke Jakarta, untuk mengikuti sebuah kursus singkat. Yah, lumayan untuk mengenal kota ini hanya untuk beberapa bulan saja. 

I'm Jakartarian, for a while.
I learn how to use TransJakarta.
I learn how to go somewhere by Bajaj.
Have breakfast, brunch, lunch or even dine by walking around my flat.
I also learn to not trust people easily.
And learn to control shopping desire (even many woman stuffs are urgent to buy, hahaha, yeah, woman).

Aku belajar menjadi seorang urban yang sebenarnya, di samping mengikuti kursus. Benar-benar pengalaman yang luar biasa. Kalau ditinjau dari segi kepedulian terhadap lingkungan, aku ikut berkontribusi dalam pengurangan polusi udara (yah, malah kena asap polusi kalau begini hahahaha). Tapi, aku sangat menikmati (bukan asap polusinya) ketika pergi ke suatu tempat dengan berjalan kaki. Aku merasa sehat dan senang bisa bergerak terus. Tinggal di kota sepadat ini untuk beberapa waktu jadi membuatku meningkatkan kewaspadaan terhadap keadaan di sekitar. Aku harus lebih berhati-hati dan pintar-pintar membaca gerak-gerik orang-orang yang sekiranya berniat jail atau jahat kepada kita. Aku mengamati gaya hidup orang-orang di kota ini, yang baik bisa diikuti tapi yang tidak sesuai dijadikan sebagai pembelajaran. Hidup disini, bagiku harus pandai-pandai berhemat. Banyak godaan menunggu mata dan dompet. Tapi, sejauh ini aku cukup berhasil untuk menahan hasrat dan godaan. 

Bagiku, Jakarta itu tidak sekadar macet dan mal. Jika ada waktu senggang, aku memilih pergi ke tempat-tempat bersejarah atau tempat seperti taman yang banyak pohonnya. Lebih mengasyikan daripada pergi ke mal sebenarnya selain hemat biaya. Bukannya pelit, tetapi perlu mengenal tempat-tempat yang bercerita tentang bagaimana Jakarta dahulu dan bisa seperti saat ini. Tulisan berikutnya akan aku ceritakan tempat-tempat yang aku kunjungi selama di sini. 

Itu baru sepenggal kisah tentang aku dan Jakarta. Walaupun hanya beberapa bulan aku menyelami tempat ini, namun aku berharap bisa menuliskan cerita-cerita menarik yang menjadi sisi lain dari Jakarta, tentunya berdasarkan versiku. 


Enjoy Jakarta!


0 comments:

Post a Comment

 

I own who I am

I own who I am
An extraordinary human being. Love to capture moment and mind. I leave a trail beyond these writings for give little contribution to world until the time I back home.

Seek, Capture & Share